Penetasan Telur
Penetasan telur yang
umum dilakukan oleh peternak adalah ada dua cara yaitu: penetasan telur secara alami dan penetasan telur secara buatan. Yang
dimaksud dengan penetasan telur secara alami yaitu penetasan telur dengan
menggunakan induknya untuk mengerami telurnya seperti ayam, entok dan bangsa-bangsa burung. Sedangkan untuk itik
atau bebek tidak bisa mengeraminya sendiri, biasanya menggunakan unggas lain
untuk membantu menetaskan
telurnya.
Yang dimaksud dengan penetasan telur secara buatan yaitu menetaskan telur dengan
menggunakan alat yang berupa mesin tetas telur
atau alat penetasan telur. Di perusahaan
pembibitan ternak unggas (breeding farm), yang sekala usahanya
cukup besar seperti Cipendawa dan Charoend
Phokphand biasanya menggunakan mesin tetas yang moderen (komersial) dan
kapasitasnyapun cukup banyak.
Penetasan telur merupakan suatu usaha untuk menghasilkan anak
unggas baru dalam meneruskan usaha peternakan tersebut dengan cara mengunakan mesin
tetas selama waktu tertentu , sesuai dengan jenis telur yang ditetaskan.
Alat penetas telur ada dua macam , yaitu mesin tetas sederhana dan mesin tetas yang modern
(komersial). Pada mesin tetas sederhana pembalikan telur dilakukan dengan
tangan (secara manual), sedangkan pada
mesin modern semua dilakukan secara otomatis (pembalikan telur dengan mesin),
sehingga keberhasilan lebih baik.
1. Penetasan Telur Dengan Mesin Tetas
Sederhana
Menyiapkan
Penetasan
Keberhasilan didalam kegiatan
penetasan telur sangat dipengaruhi oleh mutu dari telur
itu sendiri dan kondisi atau keadaan mesin tetas yang digunkan. Agar kondisi mesin tetas dapat dipergunakan secara
optimal maka mesin tetas dan peralatan pendukungnya harus dalam keadaan steril atau bebas dari penyakit yang dapat mengganggunya.
Kegiatan untuk sterilisasi dapat dilakukan dengan cara
fumigasi. Fumigasi alat mesin tetas dan
peralatan pendukungnya ini mutlak harus dilakukan oleh seseorang yang akan
melakukan kegiatan penetasan.
Sebelum kegiatan penetasan telur unggas dilakukan ada
beberapa hal yang perlu dipahami dan
dipersiapkan diantaranya alat penetas
atau mesin tetas yang akan dipergunakan.
.
·
Bagian-Bagian
Mesin Tetas
Mesin tetas sederhana
terdiri dari berbagai komponen pendukung.
Komponen – komponen
tersebut diantaranya:
·
Voltage
rugulator: komponen ini berfungsi untuk mengatur tegangan
·
Thermostat : komponen yang berfungsi untuk memutus
arus apabila keadaan suhu terlalu tinggi.
·
Lampu
sinyal: komponen yang berfungsi untuk mengontrol bahwa mesin tetas dijalankan,
atau mesin sudah bekerja. Dan apabila suhu terlalu tinggi, maka lampu sinyal
akan mati
·
Ventilasi :
berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara
·
Lampu : berfungsi untuk penerangan dan penghangat
ruangan mesin tetas
·
Saklar : berfungsi
untuk menghidupkan arus listrik
· Elemen
: sebagai penghantar panas
· Rak
telur: untuk meletakan telur
· Bak
air : berfungsi untuk mengatur kelembaban.
Menyiapkan
Mesin Tetas
Peralatan
mesin tetas sebelum dipergunakan sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu.
Persiapan disini meliputi kegiatan-kegiatan
membersihkan dan mencuci. Setelah alat mesin tetas telur tersebut
dibersihkan dan dicuci sampai bersih, kemudian dijemur pada sinar matahari atau
dikeringkan. Alat mesin tetas yang telah
kering kemudian disterilkan.
Pada
saat melakukan sterilasi mesin tetas
tersebut jangan lupa peralatan pendukung yang lainnya juga harus disterilkan.
Kegiatan sterilisasi mesin tetas dapat dilakukan dengan cara fumigasi. Fumigasi
ini dapat menggunakan bahan larutan permanganat yang dicampur dengan formalin
dengan dosis tertentu. Pelaksanaan sterilisasi
tersebut dengan meletakan larutan permanganat dan formalin didalam mesin tetas.
Adapun tujuan dari sterilsasi adalah untuk membunuh mikroorganisma atau bibit
penyakit yang dimungkinkan dapat mengganggu proses penetasan atau dapat memutus
jalur penyebaran penyakit yang merugikan.
Gambar 71. Thermostat Gas
Gambar
72. Mesin Tetas Sederhana
Setelah
kegiatan sterilsasi mesin tetas dilakukan, langkah berikutnya adalah mencoba
atau mengontrol apakah alat mesin tetas tersebut masih berfungsi secara optimal. Uji coba
mesin tetas sebelum digunakan untuk menetaskan telur mutlak harus dilakukan,
karena untuk mengantisifasi resiko kegagalan dalam penetasan.
Pada
saat mencoba alat mesin tetas biasanya
tidak menggunakan telur tetas, karena uji coba ini dimaksudkan hanya untuk
mengatahui tingkat kestabilan
temperature dan tingkat kelembaban ruangan penetasan. Disaat mencoba
mensin tetas ini untuk amannya dapat dilakukan kurang lebih dua hari
penuh. Sedangkan kisaran temperature dalam ruangan penetasan
bila dianggap stabil berkisar antara 0,2 - 0,3 derajat celcius.
Gambar. 73 Bahan untuk Fumigasi
Jangan sekali-kali mencoba memasukkan telur tetas ke
dalam mesin tetas apabila mesin tetas tersebut belum diuji coba terlebih
dahulu. Karena resiko yang ditanggung cukup besar yaitu telur bisa tidak
menetas semua. Apabila pada saat diuji coba masih ada bagian peralatan mesin
tetas yang tidak berfungsi maka perlu diperbaiki terlebih dahulu. Perbaikan
disini pada umumnya hanya bersifat ringan-ringan saja. Bila mesin tetas
tersebut sudah tidak ada masalah yang
mengggangu, selanjutnya mesin tetas tersebut ditempatkan dalam ruangan khusus
yang betul-betul memenuhi persyaratan baik dari suhu ruangan maupun dari segi
sirkulasi udaranya.
1.2. Syarat-syarat Penetasan
Mesin tetas harus disimpan pada suatu ruangan yang
permanen dengan pintu dan jendela yang cukup lebar untuk mengatur sirkulasi
udara dan cahaya. Ruangan yang dalam keadaan sejuk, keadaan sirkulasi udara
yang baik dan keadaan ruangan yang tidak pengap, merupakan keadaan yang paling
baik dan ideal untuk menempatkan atau menyimpan
mesin tetas. Dengan keadaan ruangan yang baik dan ideal ini akan dapat
meningkatkan keberhasilan didalam pelaksanaan penetasan.
Memiliki jarak yang cukup aman dari berbagai macam
pencemaran seperti debu, bau, makanan dan kotoran kandang. Agar telur yang ditetaskan dapat menetas mencapai 80 %
atau bahkan lebih, maka tempat penetasan harus jauh dari kotoran kandang,
pencemaran debu maupun bau dan lainnya. Karena kotoran kandang, debu,
maupun pencemaran bau akan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses
penetasan, atau dengan kata lain dapat menurunkan prosentase daya tetas telur.
Ruang yang dipergunakan untuk menyimpan mesin tetas harus cukup lapang dan diusahakan mesin tetas
tersebut tidak kena angin. Apabila mesin tetas kena angin secara langsung akan
dapat mempengaruhi temperature udara di dalam mesin tetas, yang akhirnya akan
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penetasan telur (menurunkan prosentase
daya tetas telur).
Disamping itu masih ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya:
·
Mempersiapkan
mesin tetas , mencoba dan menghidupkannya
· Menyusun
rak-rak telur
· Menempatkan
rak-rak yang berisi telur kedalam mesin tetas
·
Menyetel
lubang ventilasi mesin tetas, sebab ventilasi yang baik sangat penting bagi keberhasilan pekerjaan
penetasan
· Membalik
dan mendinginkan telur
· Melakukan
peneropongan
· Mengatur
atau memeriksa kelembaban udara dalam mesin tetas.
·
Menurunkan
anak-anak ayam yang sudah menetas dari
mesin tetas
·
Pencatatan
administrasi yang berkaitan dengan setiap kali penetasan.
1.3. Memilih Telur Tetas
Pekerjaan menetasankan telur dikatakan berhasil apabila
sebagian besar dari telur-telur yang ditetaskan dapat menetas. Apa usaha yang
dapat dilakukan agar dalam proses penetasan telur mendapatkan daya tetas yang
tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka, perlu adanya kegiatan seleksi
telur sebelum telur ditetaskan. Kegiatan seleksi telur dapat dilakukan dengan
cara mengumpulkan telur-telur terlebih dahulu, baik itu telur yang berasal dari
kandang sendiri, membeli dari pasar atau membeli langsung dari peternak.
Seandainya telur didapatkan dengan cara membeli dari
petani peternak, pilihlah peternak yang didalam budidaya ayam ada pejantannya.
Jangan membeli telur untuk ditetaskan berasal dari pemeliharaan ayam yang tidak
ada pejantannya. Kalau hal ini terjadi maka kemungkin besar telur-telur
tersebut tidak dapat menetas.
Begitu juga apabila telur yang akan ditetaskan didapatkan
membeli dari pasar. Karena telur yang membeli dari pasar juga tidak jelas asal
usulnya, apakah telur tersebut dibuahi atau tidak, dan berapa lama telur
tersebut disimpan. Untuk itu telur yang
bagus untuk ditetaskan adalah telur-telur yang didapat atau diperoleh
dari kandang yang jelas didalam manajemen pemeliharaannya. Yang dimaksud disini
adalah perusahaan pembibitan (breeding
farm). Diperusahaan pembibitan ternak unggas untuk menghasilkan telur yang memiliki daya
tetas tinggi, sesungguhnya sangat tergantung dari kualitas induk dan pejantan
yang digunakan.
Walaupun induk dan pejantan yang dipergunakan untuk memproduksi
telur tetas mempunyai kualitas bagus,
namun masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat memilih telur
tetas. Karena tidak semua telur yang berhasil diambil dari kandang ( breeding farm) mempunyai kualitas bagus
untuk ditetaskan.
Gambar. 74 Telur Afkhir karena Retak
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan didalam seleksi
telur tersebut adalah sebagai berikut :
1.3.1. Bentuk Telur
Telur yang akan ditetaskan sebaiknya telur yang mempunyai bentuk normal. Telur
yang mempunyai bentuk menyimpang dari keadaan normal, biasanya kurang bagus
daya tetasnya. Telur yang dianggap bagus mempunyai bentuk normal atau oval
dengan ukuran lebar telur ¾ kali panjang telur.
Jangan memilih telur yang mempunyai bentuk terlalu lonjong atau terlalu bulat.
Telur yang mempunyai bentuk terlalu bulat atau terlalu
lonjong kurang bagus untuk ditetaskan.
1.3.2. Keadaan Kulit/Kerabang
Telur
Keadaan kulit atau kerabang telur yang dalam keadaan
pecah atau retak tidak bagus untuk ditetaskan. Karena telur yang retak atau
pecah dapat menyebabkan masukkan mikroorganisma atau bibit penyakit kedalam telur. Apabila keadaan kulit
telur yang pecah atau retak dipaksanakan untuk ditetaskan maka yang terjadi
bukannya telur tersebut menetas akan tetapi telur menjadi busuk.
Disamping itu
telur yang mempunyai kualitas kulitnya tipis dan kerabang telur berpasir
(kerabang berbintik-bintik kasar menyerupai pasir) juga kurang bagus untuk
ditetaskan. Karena telur yang kulitnya
tipis tersebut tidak sempurna dalam proses pembentukannya. Telur yang bagus
adalah telur yang mempunyai kulit yang tidak terlalu tipis maupun tidak terlalu
tebal dilain itu telur yang mempunyai kualitas bagus mempunyai ciri Tebal kulit telur yang normal berkisar antara
0,33 – 0,35 mm.
1.3.3. Berat Telur
Berat telur ayam
ras yang baik untuk ditetaskan antara 55 gram sampai dengan 65 gram. Berat telur yang terlalu besar kurang baik
untuk ditetaskan bahkan kemungkinan besar tidak menetas apabila ditetaskan,
karena telur yang mempunyai ukuran besar
biasanya kuning telurnya ada dua atau kembar. Telur yang mempunyai ukuran besar lebih baik
digunakan sebagai telur konsumsi. Disamping telur yang berukuran lebih besar
atau besar, telur yang berukuran terlalu kecil juga tidak bagus untuk
ditetaskan.
1.3.4. Warna Kulit Telur
Keadaan warna kulit telur juga dapat berpengaruh terhadap daya tetas telur. Warna
kulit telur yang normal yaitu mempunyai kulit telur halus dan rata.
1.3.5. Kebersihan Kulit Telur
Telur yang akan ditetaskan sebaiknya dipilih yang
kulitnya bersih. Seandainya ada telur yang kulit telur kotor maka harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum ditetaskan. Telur yang kotor sebaiknya
tidak ditetaskan, karena telur yang kotor biasanya daya tetasnya rendah, akibat
sudah terkontaminasi dengan mikroorganisma atau kuman yang ada di kandang.
Telur yang dalam keadaan kotor dapat dibersihkan terlebih
dahulu dengan menggunakan kertas bekas
bungkus semen, hal ini apabila kondisi kotornya ringan. Selain
menggunakan kertas bekas dari kantong semen pada saat membersihkan telur bisa
juga menggunakan air hangat (suam-suam kuku) kemudian dikeringkan. Pada saat mongeringkan telur bisa menggunakan kain lap bersih dan dalam keadaan kering.
1.3.6. Lama Penyimpanan
Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya tetas telur. Apabila telur terlalu lama
disimpan maka daya tetasnya akan menurun. Oleh karena itu semakin cepat telur ditetaskan maka daya tetasnya semakin baik. Alangkah baiknya
telur tetas tidak disimpan dalam waktu yang lama. Lama penyimpanan telur tetas
sebaiknya tidak lebih dari satu minggu (7
hari). Seandainya terpaksa harus disimpan suhu ruang penyimpanan diusahakan di
bawah 19 OC dan telur
diletakan dalam rak telur dengan posisi bagian ujung tumbul dibagian atas.
Pada ruangan penyimpanan yang tepat dan ideal, embrio
telur tidak akan mati maupun tumbuh, jadi dalam posisi istirahat (dormansi),
namun apabila telur disimpan pada temperatur di bawah 5 OC, sel embrio akan mati.
1.3.7. Rongga Udara
Telur yang mempunyai rongga udara lebar dan terlihat
buram, juga kurang baik apabila dipergunakan untuk telur tetas. Karena rongga
udara lebar dan dalam keadaan buram kemungkinan
telur tersebut sudah lama dalam penyimpanan. Pilihlah telur yang mempunyai
rongga udara putih bening.
Keadaan atau posisi rongga udara yang yang baik untuk
telur tetas adalah terletak dibagian yang tumpul. Apabila rongga udara didalam
telur tersebut sudah bergeser dari ujung
tumpul, maka daya tetas telur tersebut menurun.
Oleh karena itu agar rongga udara tidak bergeser dari
bagian ujung tumpul, pada saat penyimpanan di egg tray letakkan bagian
yang tumpul dibagian atas. Rongga udara ini sangat diperlukan oleh embrio untuk
perkembangannya, pada saat telur di dalam mesin tetas.
1.3.8. Induk Unggas
Telur tetas yang mempunyai kualitas baik apabila telur
tersebut dibuahi oleh pejantan. Oleh karena
itu dalam pemeliharaan induk ayam harus ada perbandingan yang tepat antara
jantan dan betinanya. Perbandingan antara jantan dan betina yaitu: 1: 6. (satu ekor jantan dan 6 ekor betina). Untuk bibit petelur, rationya 1:10
Gambar 75. Sedang Menyeleksi Telur
1.3.9. Kegiatan Peneropongan Telur
Kegiatan meneropong telur ini, selalu dilakukan setiap
kali akan menetaskan telur. Karena kegiatan peneropongan telur sangat menentukan
keberhasilan pada saat proses penetasan.Dengan peneropongan untuk memastikan
apakah telur tersebut mempunyai kualitas bagus atau tidak. Seandainya telur
tersebut mempunyai kualitas bagus, maka telur tersebut ditetaskan begitu
sebaliknya apabila kondisi telur mempunyai kualitas kurang bagus, maka telur
tersebut tidak usah ditetaskan akan tetapi dipergunakan untuk telur konsumsi.
Kegiatan peneropongan telur dilakukan sejak pertama kali telur akan ditetaskan
sampai penetasan selesai. Hanya saja
tidak setiap hari telur harus diteropong akan tatapi dilakukan secara berkala.
Peneropongan telur dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kulaitas telur
disaat awal, mengetahui perkembangan putih telur, mengetahui perkembangan
kuning telur, dan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan embrio dan lain
sebagainya.
Kegiatan meneropong telur ini tidak memerlukan pendidikan
khusus, namun hanya perlu pengalaman saja. Semakin sering melakukan maka
semakin trampil. Peneropongan telur
dapat dilakukan dengan alat egg candler . Namun peneropongan telur dapat
juga menggunakan kertas atau buku digulung.
Telur-telur yang akan di seleksi dikumpulkan dan diletakan didalam tempat telur (egg tray), kemudian ambil dan pilihlah
telur yang berbentuk oval dan berkerabang halus serta rata. Setelah itu
bersihkan telur tersebut dari kotoran
yang menempel dengan menggunakan air hangat. Lalu kemudian ambilah alat peneropong telur (egg candler) . Lakukan
peneropongan telur dengan cara meletakan telur diatas candler
(teropong). Pada saat melakukan peneropongan amati letak rongga udara. Apakah keadaan rongga udara sudah lebar dan
terlihat buram atau keadaan rongga udaranya masih putih bening. Kegiatan
peneropongan (candling) yang
dilakukan di perusahaan pembibitan biasanya pada umur 1 minggu dan ketika akan
dipindah dari mesin setter (inkubator) ke mesin hatcher, dan ini terjadi pada
umur 18 hari.
Adapun tujuan dari candling (peneropongan) pada umur 1
minggu adalah apabila terjadi telur infertil (tidak dibuahi) masih bisa dijual
sebagai telur konsumsi. Namun sebagian
perusahaan lebih mempertimbangkan effisiensi waktu, sehingga cukup
melakukan 1 kali yaitu umur 18 hari.
Untuk mengenal bagaimana kondisi telur yang fertil dan infertil adalah: telur yang
fertil bila diteropong menggunakan lampu dalam ruangan yang gelap, telur akan
nampak gelap. Sedangkan telur infertil, terlihat terang atau ada bintik-bintik
terang.
Seandainya hasil peneropongan telur,kondisi rongga
udaranya lebar dan buram, maka telur tersebut jangan ditetaskan. Namun apabila
kondisi rongga udara kelihatan putih dan bening, maka telur tersebut ambil dan simpan ditempat yang aman.
Yang perlu diingat dan jangan lupa
simpan telur dengan posisi bagian
tumpul sebelah atas pada rak telur.
Gambar. 76 Alat
Peneropong Telur
1.4. Memasukan
Telur Kedalam Mesin Tetas
Agar dalam proses penetasan telur dapat berhasil dengan
baik , maka sebelum memulai pekerjaan memasukan telur tetas kedalam mesin tetas
ada beberapa hal yang perlu
diperhatiakan diantaranya :
·
Telur tetas yang sudah dipilih harus betul-betul sudah diyakini bahwa telur
tersebut sudah dibuahi, karena telur
yang dapat menetas adalah telur yang dihasilkan oleh ayam betina melalui
perkawinan dengan ayam jantan. Untuk
mengetahui bahwa telur ayam tersebut telah dibuahi dapat dilihat dengan
menggunakan alat teropong telur.
·
Apabila
telur tersebut dilihat dengan menggunakan teropong telur kelihatan ada titik
hitam dan menyebar seperti urat kayu. Sedang telur yang tidak dibuahi oleh ayam
pejantan biasanya tidak ada tanda tersebut. Yang perlu diingat bahwa tanda
titik hitam yang menyebar tersebut tidak akan terlihat menggunakan alat
teropong, apabila keadaan kulit telur tersebut berwarna gelap.
·
Telur yang
sudah dipilih usahakan dalam kondisi tetap kering. Oleh karena itu sebelum
telur dimasukkan ke dalam mesin tetas sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk
dan kering. Dan daerah yang terlalu
lembab tidak baik untuk menyimpan telur tetas karena dapat menyebabkan telur
tidak menetas. Begitu sebaliknya apabila tempat penyimpanan telur tetas terlalu kering juga kurang baik,sebab dapat
menyebabkan telur menetas lebih cepat dari pada yang normal. Proses
menetasnya telur terlalu cepat atau terlalu lama dapat menyebabkan kematian
anak ayam.
·
Telur yang
sudah dipilih jangan disimpan terlalu lama. Lama penyimpanan tidak lebih dari
1minggu. Seperti apa yang telah dibahas diatas semakin cepat telur ditetaskan
semakin baik daya tetasnya.
·
Telur yang
kualitasnya baik saja yang ditetaskan. Jangan menetaskan telur yang mempunyai kualitas
rendah. Yang dimaksud rendah disini adalah telur berasal dari ayam betina yang
kurang terawat pakannya dan dapat dilihat pula dari cirri-ciri telur tersebut seperti kulit
telur kurang mulus dan warna agak gelap atau keruh.
1.5. Melakukan Penetasan Telur
Setelah seleksi
telur dilakukan dan akhirnya
mendapatkan telur tetas yang mempunyai kualitas baik. Maka langkah berikutnya
adalah mengoperasikan mesin tetas. Kegiatan mengoperasikan mesin tetas
dilakukan sebelum telur tetas dimasukkan kedalamnya, yaitu kurang lebih
3 jam sebelumnya bahkan kalau dimungkinkan selama kurang lebih dua hari penuh.
Pengoperasian mesin tetas kurang lebih 3 jam sebelum
telur tetas dimaksukkan ke dalam mesin tetas dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kestabilan temperature dan tingkat kelembaban
ruangan penetasan . Disaat mencoba mengoperasikan mesin tetas semua peralatan
pendukungnya juga ikut dicoba.
Langkah kerja
dalam mengoperasikan mesin tetas yaitu: lakukan pemeriksaan alat dan
perlengkapan mesin tetas, hubungkan
steker dengan dengan stop kontak atau hubungkan mesin tetas dengan sumber
listrik, periksa semua lampu apakah sudah menyala atau belum (seandainya belum
lakukan perbaikan), amati perubahan suhu
pada alat ukur suhu ( thermometer), aturlah thermostat sesuai dengan suhu yang
diinginkan, sehingga thermostat menunjukkan
suhu 36,6 - 37,2OC atau 98 - 99 OF.
Apabila kondisi temperature dan kelembaban yang
diinginkan sudah stabil atau konstan makan mesin tetas siap digunakan. Setelah
temperature dan kelembaban ruangan mesin
tetas dalam keadaan stabil, langkah berikutnya adalah memasukkan telur tetas
kedalam mesin tetas. Suhu atau
temperature mesin tetas diusahakan berkisar antara 36,5 sampai dengan 37,5OC
hingga akhir penetasan.
Kalau dimungkin berilah tanda pada permukaan telur dengan
huruf A dan permukaan lainnya dengan
huruf B. Setelah permukaan telur diberi
tanda huruf, letakkan telur tersebut diatas rak telur dengan posisi agak
miring dimana ujung telur yang tumpul terletak dibagian atas. Agar
posisi telur tidak berubah maka dapat diberi ganjal kertas.
Baru setelah rak-rak
telur diisi telur tetas, maka langkah berikutnya adalah memasukkan
rak-rak tersebut kedalam mesin tetas, dan jangan lupa tutup rapat mesin tetas
tersebut. Bukalah lubang ventilasi mesin tetas agar
supaya sirkulasi udara berjalan lancar. Pada hari kedua sampai hari 18 lakukan
pembalikan telur agar suhu diatas permukaan telur merata.
Kegiatan peneropongan telur dapat dilakukan pada hari ke
3, ke 6, ke 12, ke 15 dan hari ke 18
dengan alat peneropong telur (egg
candler). Bersamaan melakukan peneropongan telur cek kedaan kelembaban
udaranya, dengan cara memeriksa air di dalam
bak air. Apabila air dalam kondisi berkurang maka harus tambahlah.
1.5.1. Prinsip Dasar Penetasan
1.5.1.1. Tempat Menyimpan
Mesin Tetas
Tempat untuk menyimpan mesin tetas
sebaiknya ditempat yang sejuk, bersih, sirkulasi udara dalam
ruangan lancar, kondisi ruangan tidak pengap,keadaan temperature ruangan dalam
keadaan stabil, cahaya matahari tidak langsung mengenai mesin tetas dan lain
sebagainya. Apabila keadaan temperature ruang selalu berubah akan mempengaruhi
temperature didalam mesin tetas, yang akhirnya akan dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan proses penetasan.
1.5.1.2.
Keadaan Kelembaban
Keadaan kelembaban baik itu diruang penyimpanan mesin
tetas dan kelembaban didalam mesin tetas juga harus dijaga. Jangan sampai
keadaan kelembaban selalu berubah-ubah. Keadaan kelembaban didalam mesin tetas
dapat diatur dengan cara memeriksa air yang berada di bak air mesin tetas.
1.5.1.3.
Keadaan Tempetarur
Keadaan
temperature harus selalu dikontrol setiap hari, mulai saat telur tetas
dimasukkan ke dalam mesin tetas sampai telur tersebut menetas usahakan suhu
atau temperature berkisar antara 36,6-37,5
OC atau 98,6 O F
1.5.2.
Memilih Telur Tetas
Pemilihan telur tetas
sebelum ditetaskan mutlak harus dilakukan, karena sangat menentukan
keberhasilan dalam penetasan.Telur tetas yang akan ditetaskan dipilih yang
betul-betul mempunyai kualitas bagus, yaitu telur yang telah dibuahi, berat
telur seragam, bentuknya bulat lonjong, kulit halus, telur baru (tidak lama
dalam penyimpanan), telur tidak retak dan lain sebagainya.
1.5.3. Melakukan Pembalikan Telur
Selama proses penetasan telur
berlangsung, maka harus dilakukan pembalikan. Hal ini
bertujuan agar disemua permukaan telur mendapat panas yang sama atau panas yang
merata. Pelaksanaan pembalikan telur dilakukan mulai hari kedua sampai hari ke
18. Kegiatan pembalikan telur dilakukan 3 kali setiap hari, yaitu pagi, siang
dan sore. Jangan melakukan pembalikan telur 3 hari
menjelang telur menetas.
1.5.4. Menjaga Sumber Panas
Sumber panas baik itu dari listrik atau minyak tanah,
perlu dijaga,jangan sampai selama proses penetasan berlangsung sumber panas
mati. Kalau terjadi kematian dari sumber panas cepat-cepat diatasi, karena
apabila tidak cepat diatasi dapat menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan.
Alangkah baiknya demi keamanan apabila menggunakan sumber panasnya dari
listrik, sudah dipersiapkan cadangan aliran listrik yang berupa generator.
1.5.5. Memeriksa Hasil Penetasan
Setelah 21 hari telur di dalam mesin tetas maka, telur
tersebut akan menetas. Walaupun ada juga telur yang menetas lebih awal ataupun
terlambat menetas. Hal ini bisa terjadi apabila ukuran besarnya telur tidak
seragam. Ada telur yang terlalu kecil atau terlalu besar, oleh karena itu factor seleksi atau
pemilihan telur dapat menentukan waktu dan kecepatan telur untuk menetas.
Setelah telur menetas langkah berikutnya adalah menangani anak ayam ( DOC),
anak yang sudah menetas dari telur apabila bulunya sudah kering bisa langsung
diambil dan dikeluarkan dari mesin tetas. Akan tetapi kalau anak ayam tersebut
masih dalam keadaan masih basah atau belum kering bulunya jangan dikeluarkan
dari dalam mesin tetas dan biarkan anak ayam tersebut bersama dengan telur yang
lain sampai kondisi bulu anak ayam tersebut kering.
1.6. Mengevaluasi Penetasan
Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasil di dalam menetasakan telur. Keberhasilan dalam menetaskan telur
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya.
·
Hasil seleksi telur tetas
Telur tetas hasil seleksi merupakan telur tetas yang
memenuhi persyaratan, misal telur yang berasal dari induk yang sehat dan produksi tinggi, telurnya
masih baru dari kandang kondisinya tidak retak, tidak kotor (dalam keadaan
bersih), berat telur seragam, keadaan kulit telur halus dan bentuk telur normal
dan lain sebagainya. Namun apabila keadaan telur tetas tersebut tidak memenuhi
persyaratan, maka telur tersebut
kemungkinan besar tidak menetas apabila ditetaskan.
·
Alat mesin tetasnya sendiri
Alat mesin tetas yang dipergunakan untuk menetaskan
telur, dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses penetasan. Misalnya apabila
keadaan mesin tetas yang tidak steril, maka dapat menurunkan prosentase daya
tetas telur, bahkan dapat menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan.
·
Pada proses penetasannya.
Keberhasilan dalam menetaskan telur, tergantung pada
proses pelaksanaannya. Misalnya pada waktu memasukkan telur ke dalam mesin
tetas, pengontrolan temperatur mesin tetas, pengontrolan alat pemanas,
pelaksanaan pemutaran atau pembalikan telur, pengaturan ventilasi udara mesin
tetas, kegiatan peneropongan tahap pertama selama proses penetasan dan lain
sebagainya.
1.6.1. Hasil atau Jumlah Telur yang Menetas.
Untuk mengevaluasi hasil atau jumlah telur yang menetas,
dapat dilihat dari banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur yang
ditetaskan yang dihitung dalam persen. Misalnya setelah diketahui banyaknya
telur yang menetas dan telur yang tidak tidak menetas, maka dapat dihitung
berapa daya tetas telur yang ditetaskan tersebut. Daya tetas telur dapat
dihitung dengan rumus :
Jumlah
telur yang menetas
Daya
tetas =
X 100 %
Jumlah telur fertil
Kegiatan evaluasi pelaksanaan penetasan dapat dilakukan
mulai dari persiapan pelaksanaan penetasan sampai dengan proses pelaksanaan
penetasannya. Untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan penetasan, maka diperlukan
catatan atau rekaman kegiatan harian. Rekaman atau catatan harian ini, memuat tentang semua kegiatan
yang telah dilakukan serta kejadian-kejadian selama proses penetasan
berlangsung. Dengan rekaman atau catatan harian yang telah dibuat, maka dapat
membantu untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan selama proses
penetasan berlangsung. Agar catatan atau rekaman kegiatan selama proses
penetasan mudah dipahami, maka dibuat yang sederhana akan tetapi memuat tentang
data-data yang penting selama proses penetasan berlangsung.
Catatan atau rekaman kegiatan serta kejadian yang terjadi
selama proses penetasan berlangsung, dapat dipergunakan sebagai pedoman, acuan,
atau sebagai bahan pelajaran dalam melangkah dan memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan, sehingga pada pelaksanaan penetasan
yang akan datang akan menjadi lebih baik.
1.7. Memelihara Mesin Tetas
Setelah proses penetasan selesai, kegiatan berikutnya
adalah memelihara mesin tetas. Adapun tujuan dari pemeliharaan mesin tetas ini
adalah agar mesin tetas tersebut awet dan tahan lama. Kegiatan pembersihan
dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan semua bagian-bagian mesin tetas. Kegiatan pemeliharaan mesin tetas dapat dilakukan dengan cara :
·
Mengeluarkan semua bagian-bagian mesin tetas,
seperti rak telur, bak air, elemen, lampu dan lain sebainya dikeluarkan dari
dalam mesin tetas kemudian dibersihkan dan dicuci sampai bersih serta dijemur
di tempat yang panas. Setelah kering baru dikembalikan atau disimpan ditempat
asal.
·
Bersih mesin tetas dari kotoran atau limbah
penetasan yang berupa kulit telur ayam, telur busuk atau telur-telur yang tidak
dapat menetas dan mungkin anak ayam mati
karena proses penetasan tidak berhasil dengan baik alias gagal.
·
Bersihkan seluruh bagian mesin tetas tersebut
dengan menggunakan desinfektan yang sebelumnya dilarutkan terlebih dahulu
dengan air bersih
·
Setelah dibersihkan dengan larutan
desinfektan, lalu keringkan mesin tetas tersebut dengan cara dijemur dipanas matahari
atau dengan menggunakan kipas angin atau
blower.
·
Setelah mesin tetas tersebut kering simpan
kembali mesin tetas tersebut di tempat
yang aman. Aman yang dimaksut adalah
aman dari pengaruh cuaca maupun gangguan orang.
1.8. Seleksi DOC dan Mengepak DOC
Anak ayam yang dikeluarkan dari dalam mesin tetas,
kemudian dilakukan seleksi. Kegiatan seleksi dilakukan dengan cara melihat
penampilan kondisi fisik anak ayam tersebut, apakah dalam keadaan sehat dan
normal. Normal yang dimaksut disini adalah tidak ada kelainan-kelainan atau
cacat tubuhnya seperti pingkor kakinya
dan cacat paruhnya atau paruh tidak
normal. Disamping itu seleksi dapat dilakukan dengan melihat apakah ukuran
berat badannya sesuai dengan standar,
anak ayam kelihatan lincah, pantatnya dalam keadaan bersih dan lain sebagainya.
Apabila kondisi anak ayam dalam keadaan cacat tubuhnya,
anak ayam kelihatan lemas, dan pantatnya dalam kedaan basah, maka anak ayam
tersebut harus dipisah tersendiri. Pada saat melakukan pemisahan atau seleksi dapat dikelompokkan berdasarkan grade-nya.
Grade atau klas bisa berdasarkan berat ayam
dan keadaan bersih dan tidaknya
pantat ayam. Seandainya ada anak ayam yang dalam keadaan cacat tubuh bisa
langsung diafkir.
Namun apabila kondisi anak ayam hanya karena kelihatan
lemas dan kondisi pantatnya agak basah dapat dikelompokkan tersendiri, setelah
itu anak ayam tersebut bisa dipelihara difarm sendiri dan tidak dijual. Apabila
dipelihara di farm sendiri maka harus diberi perlakuan khusus. Kenapa anak ayam
yang mempunyai grade rendah tidak dijual kepasar, karena apabila dijual dapat
berpengaruh terhadap kredibilitas suatu perusahaan tersebut.
Kegiatan seleksi dilakukan berdasarkan kelompok atau grade-nya.
Setelah diseleksi anak ayam tersebut dimasukkan kedalam bok ayam yang terbuat
dari bahan kerdus. Setiap bok ayam pada umumnya diisi sebanyak 100 ekor dan
dilebihi 2 ekor, jadi setiap bok jumlah
total 102 ekor. Dilebihinya 2
ekor per boknya dengan tujuan untuk mengantisifasi apabila ada anak ayam yang
mati, baik selama perjalanan maupun reksiko kematian awal minggu pertama.
Apabila anak ayam
yang baru dikeluarkan dari dalam mesin
tetas kemudian dilakukan seleksi dan dimasukkan ke dalam bok ayam serta
dipacking selanjutnya untuk
dikirim ketempat lain. Maka anak ayam tersebut sebaiknya tidak langsung diberi
pakan dan air minum, karena anak ayam yang baru menetas dapat bertahan hidup sampai dua hari. Kenapa
ayam masih dapat hidup sampai dua hari
walaupun tidak diberi pakan dan air minum, karena anak ayam tersebut masih
mempunyai cadangan makanan dalam tubuhnya yang berasal dari kuning telur.
Bagi perusahaan pembibitan unggas, khususnya jenis ayam
petelur, setelah ayam menetas dari mesin tetas , kemudian anak ayam tersebut di
seleksi, bersamaan itu dilakukan pula
sexing. Kegiatan sexing untuk memisahkan antara anak ayam jantan dan
betina. Untuk melihat anak ayam tersebut jantan atau betina ada
beberapa tanda khusus yang dimiliki. Sedangkan cara untuk melihat antara anak ayam jantan
dan betina dapat dilakukan dengan cara :
·
Melihat kloakanya Anak ayam yang baru
menetas umur satu hari atau 24 jam, pada ayam betina terdapat dua
titik yang menyembul. Dan untuk anak ayam jantan hanya ada satu titik yang
menyembul. Untuk dapat memahami dan trampil dalam hal sexing perlu adanya
latihan terus menerus sampai trampil.
·
Berdasarkan keadaan warna bulu Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya dalam bidang genetika, maka pada jenis ayam tertentu sudah
dapat dibedakan antara jantan dan betina, dengan keadaan warna bulunya.
Misalnya pada DOC petelur betina, warna
keseluruhan bulunya adalah coklat muda sampai coklat tua. Sedangkan untuk
jantan warnanya adalah putih atau kombinasi
putih dan coklat muda di daerah punggungnya.
Tidak semua anak ayam yang menetas baik untuk dipelihara,
namun anak ayam yang akan dipelihara
harus memenuhi persyaratan
diantaranya :
· Anak
ayam tersebut tidak cacat
· Anak
ayam dalam keadaan sehat
· Warna
bulunya seragam
· Beratnya
seragam
· Berasal
dari induk yang sehat
· Waktu
menetasnya tepat selama 21 hari
· dll
Setelah
anak ayam diseleksi sesuai dengan persyaratan, maka langkah berikutnya adalah
melakukan pengepakan. Pengepakan dilakukan untuk mempermudah pada saat pengangkutan. Disamping pada bok atau
kerdus pengepak biasanya diberi catatan mengenai :
·
Tanggal
menetas
·
Strain dari
ayam tersebut
·
Jumlah isi
bok atau kemasan.
·
Nama dan
alamat perusahaan.
·
Nama
pemesan/ penerima dan alamatnya.
·
Vaksinasi
yang telah dilakukan.
· Cap
perusahaan pengirim
2. Penetasan Dengan Mesin Tetas Otomatis (Moderen)
Penetasan yang dillakukan di perusahaan
pembibitan ayam (Breeder) pada
umumnya menggunakan mesin tetas skala besar (diatas 10.000 telur) dan mesinnya
otomatis. Mesin tetas otomatis prinsip
kerjanya sama dengan mesin tetas manual.
Perbedaannya pada pengaturan kelembaban,
ventilasi, dan pembalikan telur dilakukan secara otomatis. Sedangkan perbedaan
lainnya adalah mesin tetas dibagi menjadi 2 yaitu setter dan hathcer.
2.1. Jenis
Mesin Tetas
2.1.1. Setter
Setter merupakan tempat melakukan penetasan
atau inkubasi selama 18 hari. Setelah di inkubasi selama 18 hari, lalu telur
dipindahkan ke mesin hatcher.
Gambar 77. Setter
Sumber Petersime, 2008
2.1.2. Hatcher
Hatcher merupakan tempat
anak ayam menetas, yang digunakan dari hari ke 19 sampai hari ke 21.
Gambar. 78.
Mesin Hatcher, Sumber Petersime, 2008
2.2. Proses Penetasan
2.2.1. Pre Warming
Mesin tetas berukuran besar biaya pengoperasiannya mahal, sehingga
disarankan pada saat penetasan disesuaikan dengan kapasitas maksimum mesin
tetas tersebut. Pengisisan telur yang dibawah standar akan menurunkan efisiensi
biaya penetasan. Setelah jumlah telur yang akan ditetaskan
terpenuhi, maka telur tetas dikeluarkan dari cooling room (tempat
pendinginan telur) menuju setter. Perbedaan antara cooling room dengan setter
sangat jauh, maka perlu adanya penyesuaian temperatur agar embrio yang ada
di dalam telur tidak mengalami cekaman.
di dalam cooling room sekitar 20* C, sedang didalam setter 37,5*C.
Proses penyesuaian temperatur tersebut disebut pre warming. Lamanya
proses pre warming didasarkan pada ketebalan kerabang telur.
Pre warming pada telur ayam Hysex dilakukan selama 18 jam, sedangkan
untuk telur ayam Hybro selama 12 jam
2.2.2. Setter
Telur yang sudah hangat dari pre warming
dimasukkan ke dalam ruang setter . Telur disusun berdasarkan kandang,
kualitas telur, dan umur induk ayam. Temperatur ruang setter 37,5 oC
dan kelembaban 55%. Pemutaran telur tetas di dalam setter dilakukan
selama 18 hari dengan frekuensi pemutaran satu jam sekali. Sudut pemutaran
telur 90 o dan kemiringan 45o. Bila telur tidak diputar,
maka kuning telur akan melekat pada satu sisi kerabang telur dan berakibat pada
kematian embrio.
Transfer Telur Tetas dan Candling
Transfer adalah proses pemindahan telur tetas
dari setter ke hatcher saat umur embrio 18 hari. Sebelum masuk ke
mesin hatcher, terlebih dahulu dilakukan candling (peneropongan).
Candling dilakukan untuk memisahkan telur yang fertil, infertil dan explode.
Menurut Nuryati dkk (2003), telur explode disebabkan telur
terkontaminasi bakteri, kotor, pencucian telur kurang baik dan mesin tetas
kotor.
Transfer telur
tetas dan candling dilakukan dengan cepat, maksimal 30 menit karena
embrio dapat mati akibat perubahan temperatur telur yang drastis. Telur yang
sudah diteropong dipindahkan ke kereta buggy hatcher yang berbentuk
keranjang.
2.2.3. Hatcher
Telur yang lolos pada saat candling
kemudian dimasukkan ke dalam mesin hatcher selama tiga hari. Selama
berada di hatcher tidak dilakukan pemutaran telur karena pada periode
ini akan terjadi pipping (anak ayam berusaha memecah kerabang dengan
paruhnya).
Pengaturan temperatur dan kelembaban
dilakukan berdasarkan keadaan telur. Temperatur dalam hatcher sekitar
37-38 oC. Kelembaban hatcher sebelum pipping sekitar
55% dan saat pipping kelembaban dinaikkan menjadi 70%-75%. Kelembaban
yang tinggi dapat membantu proses pipping. Saat telur menetas (setelah
pipping) kelembaban diturunkan kembali menjadi 52%-55% dan temperatur dalam
keadaan lebih rendah dari 37 oC untuk membantu proses pengeringan
bulu DOC.
Pull Chick (Penurunan DOC)
Pull chick
adalah kegiatan menurunkan DOC dari mesin hatcher, termasuk sexing
DOC (pemisahan DOC jantan dan betina), seleksi sambil memasukkan DOC ke dalam
boks. Sexing dilakukan berdasarkan warna bulu atau dikenal dengan auto
sexing. Untuk ayam tipe petelur hyline coklat DOC jantan memiliki warna bulu
kuning dan garis punggung berjumlah ganjil, sedangkan DOC betina memilki warna
bulu coklat dengan garis punggung kuning berjumlah genap. DOC jantan langsung
dimasukkan ke boks sebanyak 102 ekor tanpa perlakuan apapun. DOC betina
diseleksi lagi dengan kriteria bobot badan, warna bulu, kondisi fisik (mata,
kaki, perut), dan kesehatan. DOC betina langsung dipotong paruhnya sepanjang
1/3 bagian dari panjang paruh, menggunakan alat debeaker. DOC yang telah
diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam boks dan dihitung jumlahnya. Setiap boks
diisi 100 ekor betina ditambah 2 ekor untuk resiko transportasi.
Proses pull chick diawali dengan
membongkar rak DOC, grading DOC, potong paruh, vaksinasi, hitung
ulang dan pengeluaran DOC.
DOC yang dibongkar dari keranjang akan
diseleksi berdasarkan bobot badan dan penampilan normal. Kriteria DOC normal
yaitu bobot DOC minimal 33 g/ekor untuk layer dan 37 g/ekor untuk broiler,
lincah, mata cerah dan aktif, memiliki pusar tertutup, kaki, paruh dan perut
(kantung kuning telur) normal, bulu cerah, tidak kusam dan penuh, bebas dari
penyakit pullorum, omphalitis dan jamur.
Pada DOC layer dilakukan pemisahan jantan dan
betina (sexing). DOC jantan berwarna kuning merata, sedangkan untuk betina
berwarna coklat lebih dominan atau warna kuning dengan garis coklat di bagian
punggung atau di kepala.
Perhitungan dan pengemasan DOC dilakukan
dengan teliti agar jumlah DOC pada boks tidak kurang. Setiap boks diisi dengan
102 ekor DOC. Boks dilengkapi dengan label yang mencantumkan strain ayam,
tanggal menetas, nama perusahaan dan jumlah ayam. Warna boks untuk strain Hybro
PG+ yaitu hijau. Warna boks untuk strain Hysex Brown
yaitu hitam untuk jantan dan biru untuk betina.
Setelah itu DOC betina divaksin Marek’s dan
NDIB. Vaksin Marek’s dilakukan sub cutan (suntik di bawah kulit leher),
sedangkan vaksin NDIB melalui mata. Dosis pemberian vaksin ini 0,2 cc per ekor.
Setelah divaksin, DOC disemprot dengan vitamin kemudian dikemas dan diberi
label yang berisi keterangan nama perusahaan pembibit, penyeleksi (grader), jumlah DOC dalam boks, bobot
DOC saat menetas dan jenis vaksin yang diberikan serta tanggal DOC menetas.
Sanitasi pada Hatchery
Program sanitasi yang dilakukan pada hatchery
Dony Farm adalah membersihkan kendaraan dan peralatan yang dipakai pada saat
membawa telur tetas dengan desinfektan agar dalam kondisi bebas dari organisme
patogen pembawa penyakit. Desinfektan yang digunakan adalah jenis TH-4 atau
BIODES dengan dosis 1cc/liter air. Telur tetas setelah terkumpul, sebelum
dibawa ke hatchery terlebih dahulu difumigasi dengan menggunakan
formalin 40% sebanyak 240 cc dengan 96 g forcen/PK untuk 8 m3 ruangan. Hal ini
dimaksudkan agar telur yang baru diperoleh dari kandang bebas penyakit atau
bakteri sebelum masuk ruang penyimpanan telur (cooling room).
Setelah kegiatan full chick, semua
peralatan dan bagian ruangan disemprot dengan air bertekanan tinggi. Setelah
itu dilakukan desinfeksi ruangan hatchery menggunakan desinfektan long
live dengan dosis 5cc/liter air. Hal ini bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme patogen yang ada di lingkungan dan sekitar bagian ruangan hatchery.
Perhitungan dan pengemasan DOC dilakukan
dengan teliti agar jumlah DOC pada boks tidak kurang. Setiap boks diisi dengan
102 ekor DOC. Boks dilengkapi dengan label yang mencantumkan strain ayam,
tanggal menetas, nama perusahaan dan jumlah ayam. Warna boks untuk strain Hybro
PG+ yaitu hijau. Warna boks untuk strain Hysex Brown
yaitu hitam untuk jantan dan biru untuk betina.
Pengiriman DOC merupakan tahap akhir
dari proses penetasan. Jumlah pengiriman disesuaikan dengan permintaan pasar.
Pengiriman DOC dilakukan dengan menggunakan mobil boks yang dilengkapi dengan
ventilasi sebagai sirkulasi udara selama perjalanan. Biasanya, konsumen yang
memesan DOC dari perusahaan ini berasal dari daerah Jawa dan Sumatera.
Lembar Aplikasi Konsep
Tugas:
1
Melakukan seleksi
telur tetas
1. Lakukan seleksi
telur tetas dengan cara melihat bentuk telurnya, berat telur, keadaan kulit
atau kerabang telurnya dan umur telurnya
2. Pada saat
melakukan seleksi gunakan alat candler,timbangan dan rak telurnya
3. Buatlah
laporan hasil kegiatan seleksi dari sejumlah telur yang anda seleksi.
Tugas: 2
Melakukan fumigasi
mesin tetas
1. Lakukan
kegiatan fumigasi pada mesin tetas dengan
bahan formalin 40 % dan KMO4.. dengan dosis, untuk ruangan dengan volume 2,83 m3 dibutuhkan KMnO4 20 gram dan formalin sebanyak 40 cc .
2. Buatlah
laporan hasil tugas Anda
Lembar
Pemecahan Masalah
Pak
Bambang menetaskan telur ayam sebanyak 1.000 butir, ternyata telur yang
dapat menetas hanya 20 % saja. Menurun pendapat anda kira-kira apa penyebabnya.
Apa saran Anda supaya daya tetas telur dapat mencapai 80-90 % pada periode
berikutnya.
Lembar
Pengayaan
Pilihlah salah satu jawaban dibawah ini yang
paling tepat
1. Salah
satu komponen mesin tetas yang berfungsi
untuk memutus arus apabila keadaan suhu terlalu tinggi adalah :
a. Termoregulator
b. Thermostat.
c. Saklar
2. Salah
satu komponen mesin tetas yang berfungsi untuk mengatur tegangan adalah :
a. Termoregulator
b. Voltage
regulator
c. Thermostat
3. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
didalam melakukan seleksi telur tetas diantaranya:
a. Bentuk telur,
kerabang telur, berat telur, rongga udara dan lama penyimpanan
b. Bentuk telur,
kerabang telur, rongga udara dan asal
telur serta harga telur
c. Asal telur,
harga telur, kerabang telur, berat telur, rongga udara dan lama penyimpanan.
4. Berat
telur ras yang baik untuk ditetaskan adalah:
a. 40 - 55 gram
b. 55 - 65 gram
c. 65 - 75 gram
5. Mesin tetas otomatis (moderen) dibagi menjadi
2 yaitu
a. hathcer
dan cooling room
b. Setter
dan cooling room
c. Setter
dan hathcer
6. Yang dimaksud dengan pre warming
dalam proses penetasan adalah;
a. Proses
penyesuaian temperatur
b. Proses persiapan penetasan
c. Proses
penyesuaian ruangan